Selasa, 07 Februari 2012

Kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) yang terancam punah

Kelinci hutan sumatera (Nesolagus netscheri) adalah spesies kelinci hutan yang sangat langka dan merupakan spesies endemic pulau sumatera.  Ukuran panjang tubuh sekitar 40 cm dan berat sekitar 1,5 kg.  Bulu kelinci sumatera berwarna coklat kekuningan dengan belang berwarna coklat kehitaman  disekujur tubuhnya.  Kelinci sumatera merupakan satwa nocturnal atau aktif di malam hari.  Makanan kelinci sumatera adalah pucuk daun dan juga makanan lain yang ada di lantai hutan.


Populasi kelinci sumatera sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti, bahkan dalam beberapa literature disebutkan penampakan secara langsung terakhir kali pada tahun 1972 dan setelah itu hanya 2 kali teramati pada tahun 2000 dan tahun 2007 melalui kamera pengintai di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.  Namun tim Rhino Protection Unit (RPU) yang beroperasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah beberapa kali menemukan kelinci sumatera secara langsung dan mendokumentasikannya.  Bahkan tim RPU dapat mengetahui habitat kelinci sumatera yang berada di dalam kawasan TNBBS.  Berita terbaru tentang kelinci sumatera di TNBBS adalah ditemukannya secara langsung kelinci sumatera oleh tim RPU yang sedang berpatroli pada bulan Januari 2012 dan penemuan tersebut  didokumentasikan dengan menggunakan kamera pocket.

Dari hasil pengamatan, kelinci sumatera tersebut keluar pada malam hari dan terlihat tidak begitu takut dengan kehadiran manusia,bahkan cenderung berani untuk mendekat pada tenda yang dibuat oleh tim.
Dengan penemuan kelinci sumatera di TNBBS ini semoga dapat membuat kalangan yang peduli terhadap konservasi untuk memberi  perhatian kepada spesies yang sangat langka dan terancam punah ini. @RPU_TNBBS ( Titus Ramadhani – Koordinator RPU-BBS)

Senin, 06 Februari 2012

Patroli di Musim Penghujan

Saat ini di Waykambas setiap hari diguyur hujan, kadang pagi, siang bahkan malam hari, sungai dan rawa-rawa sudah mulai tergenang air. Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan sudah menghijau, bahkan burung-burungpun ikut riang sambil kediginan berlindung dibawah dedaunan.

Keadaan badak di way kambas saat ini sudah menyebar, tidak seperti waktu musim kemarau yang hanya mengikuti jalur-jalur tertentu karena  mencari air untuk minum dan berkubang, persediaab pakan  mulai dari ranting, daun dan buah-buahanpun melimpah, seperti buah rambutan, kemang, nangka dan bintangor. Kamipun ikut bagian tapi sedikit berebut dengan monyet dan babi hutan.

Hampir setiap hari kami diguyur hujan, sampai-sampai stok plastik merah habis untuk  membungkus peralatan seperti yang dilakukan kawan pada poto diatas, tidak hanya peralatan saja melainkan juga untuk melindungi kepala dari guyuran air hujan agar tidak sakit kepala.
Tak jarang diantara kami jatuh tersungkur tertimpa ransel yang masih penuh dengan logistik kehutan, disebabkan sambil  menahan lapar, mau istirahat makan dalam keadaan hujan. Sampai-sampai ada kaki kawan yang kesleo karena terjatuh sewaktu  menerobos hutan. Apalagi saat-saat sekarang jalur kami harus menyeberangi sungai dan rawa yang penuh dengan lintah yang siap .menghisap darah siapapun yang melewatinya.

Ada yang menjadi kekwatiran kami adalah di lokasi habitat badak masih  ditemukan bekas-bekas camp pencuri ikan, yaitu di beberapa titik  dipinggir aliran  sungai. Perkiraan kami sekitar musim kemarau kemarin. Karena saat itu kami focus kelokasi jalur perburuan dari wilayah utara.
Kami sangat berharap kesemua pihak, mohon dukungannya.  Mari sama-sama kita jaga agar  badak kita aman dan dapat berkembang sampai beberapa tahun kedepan.

Kami tidak tahu lagi sampai kapan dapat mengamankan badak seperti yang diharapkan , karena begitu  beratnya ancaman yang harus kami hadapi dimasa yang akan datang.
Kami tidak berarti apa-apa tanpa adanya dukungan dari semua pihak,  baik masyarakat yang ada dipinggir kawasan hutan maupun bapak/ibu yang  mempunyai wewenang. (RPU_TNWK@....)

Minggu, 05 Februari 2012

Rhino Protection Unit

RHINO PROTECTION UNIT

SEJARAH
Tahun 1985 – 1990
Berawal dari proyek penangkapan Badak Sumatera di Riau, yang didanai oleh Howlet dan Port Lymph. Badak tersebut di kembang biakan di Taman Safari, Kebun Binatang Ragunan, USA dan Malaysia.

Tahun 1990 – 1992
Proyek terakhir, disambung oleh proyek Pelestarian Badak Sumatera (Sumatera Rhino Trust) dengan penangkapan Badak di Bengkulu. Ada 14 ekor yang ditangkap.

Tahun 1992 – 1995
Tahun 1992 YMR dan IWF meneliti Badak di Bengkulu, karena penangkaran yang dilakukan belum ada perkembangan, Badak yang ditangkap dikembalikan kehabitatnya, kemudian dikontrol oleh SRS (Suaka Rhino Sumatera) yang berlokasi di  Way Kambas.
Tahun 1995 – 1997
Tahun 1995 dibentuk RPU di Air Hitam Bengkulu dan Malaysia yang didanai oleh GEF dan UNDP. Wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Di Indonesia RPU dikelola oleh YMR, PHPA, dan IRF dengan pusat kerja di Air Hitam Bengkulu.

Tahun 1997 – 2006
Pada Tahun 1997 RPU di pecah menjadi 4 Wilayah, 3 unit di TNKS, 8 unit di TNBBS, 5 unit di TNWK, dan 3 unit di TNUK.
Tiap unit terdiri dari 1 orang kepala unit yang berasal dari Polhut dan 3 orang anggota dari masyarakat local yang terlatih.

Tahun 2006 – sekarang
Sejak Tahun 2006 RPU (Rhino Protection Unit) sebagai unit perlindungan badak sumatera di Sumatera dan Jawa yang tergabung dalam Yayasan Badak Indonesia (YABI), yang terdiri dari 7 unit di TNBBS, 5 unit di TNWK untuk badak sumatera dan 4 unit di TNUK untuk badak jawa.

MAKSUD DAN TUJUAN
Meningkatkan kemampuan Dirjen PHKA dan Institusi – institusi Konservasi Kehidupan Liar terkait untuk menghentikan dan mengurangi penurunan populasi Badak akibat perburuan liar dan perusakan habitat, untuk mewujudkan tujuan nasional dan dunia yaitu pemulihan populasi badak yang ada di Indonesia, melalui Program Perlindungan Badak.