Jumat, 17 Agustus 2012

KELUARGA BESAR RPU DAN SRS 
YAYASAN BADAK INDONESIA
MENGUCAPKAN :

SELAMAT IDUL FITRI, 1 Syawal 1433 H, Minal Aidin Walfa Izin, Mohon Maaf Lahir Bathin...

Rabu, 15 Februari 2012

MENERJANG BANJIR...

Hujan sudah berhenti kami berlima (Meliaro hulu /saya, Bahara, Hadisucipto, dan dua orang porter Nursodik dan Aditya). Berusaha mencari jalan untuk menyeberangi sungai way Ngambur budik. Sangat berhati-hati menginjak batu-batu saat menuruni aliran sungai yang terjal itu, kalau tidak batu tersebut bisa menggelundung dan mengenai teman yang didepan. Atau mungkin bisa jatuh ke jurang, karena batunya berlumut dan licin. Jurang tersebut tidak begitu dalam sekitar 5 - 10 meter didasarnya banyak batu. Dan disisi lain air/aliran sungai.


Batu-batu besar di tengah sungai itu sebagian besar tertutup banjir, membuat arus air bermuatan kayu dan sampah, mengalir disatu sisi hingga sangat deras dan bergelombang, 


Kami sangat ketakutan saat Bahara mencoba meraih  akar yang bergantungan di tepi sungai  yang ujung akarnya melilit pohon diseberang sungai, air sungai tersebut setinggi dada dan arusnya sangat deras. Akar itu bisa dia raih tapi tidak juga bisa digunakan untuk menyeberang. Kami tidak berani nyeberang. Kami ingat dokter hewan yang hanyut (red. meninggal) dihutan saat menyeberang sungai way pemerihan.


Kami perkirakan dengan kemiringan air  ±10% (sepuluh derajat) sekitar 2-3 jam sungai tersebut sudah bisa diseberangi. Sambil menunggu kami memasak air dan mie, pakaian kami basah kuyup tubuh gemetar kedinginan hidangan kopi dan mie sangatlah nikmat.  


Setelah 2 jam lebih kami menunggu, banjir sudah banyak surut, batu-batu mulai kelihatan dan arus gelombang  mulai stabil. Sebenarnya kami masih ragu untuk menyeberang, tapi kami melihat hujan mulai turun lagi, dan dibagian hulu sungai awan hitam sedari tadi belum bergeser, dipinggir sungai ini juga tidak ada tempat yang layak untuk bertenda. 


Dengan wajah tegang dan bermodal tongkat, satu persatu kami menyeberang menggapai batu-batu besar yang bisa digapai. Kami sangat  panik karena airnya deras dan batu yang diinjak sangat licin. Nursodik sempat terpeleset dan terseret arus sekitar 2 meter, dengan reflek Bahara menyodorkan tongkat kepadanya dan lansung dipegang, giginya hampir terbentur batu, saya lihat wajahnya berusaha tersenyum walau pucat seperti orang ketakutan. Arus yang paling deras disisi kiri bahara. Hadi sucipto dan saya masih berhenti, diatas batu di tengah sungai, dengan wajah tegang dan kaku, kami menunggu  Bahara dan Nursodik berusaha mencari posisi aman untuk membantu menyeberangkan kami nantinya. Ransel mereka tinggalkan di atas batu.


Bahara nekat  memenerobos arus deras untuk meraih ranting kayu diseberang. Resikonya sangat fatal kalau tidak bisa diraih, dibawah sana arus sangat deras lalu membentur batu kemudian membentuk pusaran air, dia mempertaruhkan nyawanya. Kami tidak bisa berbuat banyak kami hanya mengatakan ”hati-hati” saya takut melihatnya, dia terseret dan tergulung arus. Dengan usaha keras dia meraih ranting itu, ”Alhamdulillah” katanya setelah meraih ranting tersebut.


Setelah posisi kami masing-masing kokoh Nursodik sudah di batu dekat pinggir seberang, Bahara diatas  batu ditengah,  satu persatu kami menyeberang. Arus yang paling deras itu dilewati dengan memegang kuat tongkat yang disodorkan Bahara dan Nursodik.


Akhirnya dengan usaha keras kami berhasil menyeberangi sungai yang lebarnya ±15 meter tersebut  dengan waktu  hampir satu jam. 


 ”Terimakasih Ya Allah,  Engkau telah menyelamatkan kami.”


Walaupun gerimis kami tetap melanjutkan perjalanan menuju sungai yang kedua dengan jarak ±1 km dilihat di peta sungai tersebut tidak begitu besar. Walaupun begitu kami tetap waspada. @_merly aro hulu (RPU YABI TNBBS)

Kemarau Dihutan Way Kambas

Ketika musim kemarau di Taman Nasional Way Kambas sangat rawan akan adanya kebakaran hutan semak dan ilalang. Selama musim September-Desember 2011 yang lalu saja, data RPU mencatat sedikitnya ada sekitar 51 titik lokasi kebakaran hutan dengan luas keseluruhan mencapai 1.447 ha. Sementara luas TNWK sendiri kurang lebih 125.000 ha.


Selain ancaman kebakaran hutan, juga masih ada dijumpai aktifitas masyarakat di dalam kawasan konservasi TN Way Kambas ketika musim kemarau, seperti pencarian rumput untuk pakan ternak, pencarian kayu bakar, pemancingan liar bahkan juga perburuan satwa liar babi dan rusa. 


Salah satu dugaan penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah kesengajaan oleh para pemburu untuk memudahkan pergerakan mereka dan juga sebagai areal berkumpulnya satwa ketika ada tumbuhan muda ilalang.


Rutinitas kegiatan patroli yang dilakukan selama 15-20 hari di hutan oleh 20 personel RPU secara bergantian. Baik menggunakan sepeda motor atau dengan berjalan kaki, ternyata cukup efektif untuk mengurangi bahaya ancaman dan gangguan terhadap kawasan Taman Nasional Way Kambas.


Dengan adanya sepeda motor untuk berpatroli dapat memudahkan pergerakan dalam menjangkau area yang luas dan juga dalam hal angkutan logistik dan peralatan. Sementara kendala yang sering dijumpai oleh personel patroli adalah sangat kurangnya sumber air bersih untuk makan dan minum di dalam hutan, dimana terkadang juga harus berbagi dengan satwa yang ada di hutan yang juga sangat perlu akan sumber air. @_hartato (Koord. RPU YABI TNWK)

Selasa, 07 Februari 2012

Kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) yang terancam punah

Kelinci hutan sumatera (Nesolagus netscheri) adalah spesies kelinci hutan yang sangat langka dan merupakan spesies endemic pulau sumatera.  Ukuran panjang tubuh sekitar 40 cm dan berat sekitar 1,5 kg.  Bulu kelinci sumatera berwarna coklat kekuningan dengan belang berwarna coklat kehitaman  disekujur tubuhnya.  Kelinci sumatera merupakan satwa nocturnal atau aktif di malam hari.  Makanan kelinci sumatera adalah pucuk daun dan juga makanan lain yang ada di lantai hutan.


Populasi kelinci sumatera sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti, bahkan dalam beberapa literature disebutkan penampakan secara langsung terakhir kali pada tahun 1972 dan setelah itu hanya 2 kali teramati pada tahun 2000 dan tahun 2007 melalui kamera pengintai di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.  Namun tim Rhino Protection Unit (RPU) yang beroperasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah beberapa kali menemukan kelinci sumatera secara langsung dan mendokumentasikannya.  Bahkan tim RPU dapat mengetahui habitat kelinci sumatera yang berada di dalam kawasan TNBBS.  Berita terbaru tentang kelinci sumatera di TNBBS adalah ditemukannya secara langsung kelinci sumatera oleh tim RPU yang sedang berpatroli pada bulan Januari 2012 dan penemuan tersebut  didokumentasikan dengan menggunakan kamera pocket.

Dari hasil pengamatan, kelinci sumatera tersebut keluar pada malam hari dan terlihat tidak begitu takut dengan kehadiran manusia,bahkan cenderung berani untuk mendekat pada tenda yang dibuat oleh tim.
Dengan penemuan kelinci sumatera di TNBBS ini semoga dapat membuat kalangan yang peduli terhadap konservasi untuk memberi  perhatian kepada spesies yang sangat langka dan terancam punah ini. @RPU_TNBBS ( Titus Ramadhani – Koordinator RPU-BBS)

Senin, 06 Februari 2012

Patroli di Musim Penghujan

Saat ini di Waykambas setiap hari diguyur hujan, kadang pagi, siang bahkan malam hari, sungai dan rawa-rawa sudah mulai tergenang air. Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan sudah menghijau, bahkan burung-burungpun ikut riang sambil kediginan berlindung dibawah dedaunan.

Keadaan badak di way kambas saat ini sudah menyebar, tidak seperti waktu musim kemarau yang hanya mengikuti jalur-jalur tertentu karena  mencari air untuk minum dan berkubang, persediaab pakan  mulai dari ranting, daun dan buah-buahanpun melimpah, seperti buah rambutan, kemang, nangka dan bintangor. Kamipun ikut bagian tapi sedikit berebut dengan monyet dan babi hutan.

Hampir setiap hari kami diguyur hujan, sampai-sampai stok plastik merah habis untuk  membungkus peralatan seperti yang dilakukan kawan pada poto diatas, tidak hanya peralatan saja melainkan juga untuk melindungi kepala dari guyuran air hujan agar tidak sakit kepala.
Tak jarang diantara kami jatuh tersungkur tertimpa ransel yang masih penuh dengan logistik kehutan, disebabkan sambil  menahan lapar, mau istirahat makan dalam keadaan hujan. Sampai-sampai ada kaki kawan yang kesleo karena terjatuh sewaktu  menerobos hutan. Apalagi saat-saat sekarang jalur kami harus menyeberangi sungai dan rawa yang penuh dengan lintah yang siap .menghisap darah siapapun yang melewatinya.

Ada yang menjadi kekwatiran kami adalah di lokasi habitat badak masih  ditemukan bekas-bekas camp pencuri ikan, yaitu di beberapa titik  dipinggir aliran  sungai. Perkiraan kami sekitar musim kemarau kemarin. Karena saat itu kami focus kelokasi jalur perburuan dari wilayah utara.
Kami sangat berharap kesemua pihak, mohon dukungannya.  Mari sama-sama kita jaga agar  badak kita aman dan dapat berkembang sampai beberapa tahun kedepan.

Kami tidak tahu lagi sampai kapan dapat mengamankan badak seperti yang diharapkan , karena begitu  beratnya ancaman yang harus kami hadapi dimasa yang akan datang.
Kami tidak berarti apa-apa tanpa adanya dukungan dari semua pihak,  baik masyarakat yang ada dipinggir kawasan hutan maupun bapak/ibu yang  mempunyai wewenang. (RPU_TNWK@....)

Minggu, 05 Februari 2012

Rhino Protection Unit

RHINO PROTECTION UNIT

SEJARAH
Tahun 1985 – 1990
Berawal dari proyek penangkapan Badak Sumatera di Riau, yang didanai oleh Howlet dan Port Lymph. Badak tersebut di kembang biakan di Taman Safari, Kebun Binatang Ragunan, USA dan Malaysia.

Tahun 1990 – 1992
Proyek terakhir, disambung oleh proyek Pelestarian Badak Sumatera (Sumatera Rhino Trust) dengan penangkapan Badak di Bengkulu. Ada 14 ekor yang ditangkap.

Tahun 1992 – 1995
Tahun 1992 YMR dan IWF meneliti Badak di Bengkulu, karena penangkaran yang dilakukan belum ada perkembangan, Badak yang ditangkap dikembalikan kehabitatnya, kemudian dikontrol oleh SRS (Suaka Rhino Sumatera) yang berlokasi di  Way Kambas.
Tahun 1995 – 1997
Tahun 1995 dibentuk RPU di Air Hitam Bengkulu dan Malaysia yang didanai oleh GEF dan UNDP. Wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Di Indonesia RPU dikelola oleh YMR, PHPA, dan IRF dengan pusat kerja di Air Hitam Bengkulu.

Tahun 1997 – 2006
Pada Tahun 1997 RPU di pecah menjadi 4 Wilayah, 3 unit di TNKS, 8 unit di TNBBS, 5 unit di TNWK, dan 3 unit di TNUK.
Tiap unit terdiri dari 1 orang kepala unit yang berasal dari Polhut dan 3 orang anggota dari masyarakat local yang terlatih.

Tahun 2006 – sekarang
Sejak Tahun 2006 RPU (Rhino Protection Unit) sebagai unit perlindungan badak sumatera di Sumatera dan Jawa yang tergabung dalam Yayasan Badak Indonesia (YABI), yang terdiri dari 7 unit di TNBBS, 5 unit di TNWK untuk badak sumatera dan 4 unit di TNUK untuk badak jawa.

MAKSUD DAN TUJUAN
Meningkatkan kemampuan Dirjen PHKA dan Institusi – institusi Konservasi Kehidupan Liar terkait untuk menghentikan dan mengurangi penurunan populasi Badak akibat perburuan liar dan perusakan habitat, untuk mewujudkan tujuan nasional dan dunia yaitu pemulihan populasi badak yang ada di Indonesia, melalui Program Perlindungan Badak.


Sabtu, 28 Januari 2012

Yayasan Badak Indonesia (YABI)



YAYASAN BADAK INDONESIA

Yayasan Badak Indonesia atau YABI adalah organisasi nirlaba di Indonesia yang
bergerak dalam usaha melestarikan dan menyelamatkan badak Indonesia yaitu badak
Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).

YABI dibentuk pada tanggal 28 Desember 2006 berdasarkan Akte Notaris No. 34 dan
disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM pada tanggal 20 Maret 2007.

Visi dan Misi Yayasan adalah sebagai berikut:

Visi Yayasan Badak Indonesia adalah terwujudnya kehidupan populasi badak Jawa dan
badak Sumatera yang lestari dalam habitat yang aman secara berkelanjutan.

Misi Yayasan Badak Indonesia adalah ikut melestarikan badak Jawa dan badak Sumatera
melalui upaya perlindungan dan pemantauan terhadap populasi dan habitat, peningkatan
pengembangbiakan, riset dan pengembangan, penyadartahuan dan peningkatan
kepedulian masyarakat terhadap keberadaan dan perlunya usaha-usaha konservasi badak
Jawa dan badak Sumatera, menjalin kerjasama dan penggalangan dana untuk
keberlanjutan program dan kegiatan konservasi badak.

Program:
YABI memiliki dan melanjutkan program-program yang sudah lama berjalan, yaitu
program perlindungan badak di tiga taman nasional di Sumatra dan Jawa serta program
penangkaran badak Sumatera di Lampung. Kedua program tersebut merupakan program
yang sebelumnya dijalankan oleh Yayasan Mitra Rhino, Yayasan Suaka Rhino Sumatera,
dan Program Konservasi Badak Indonesia.

Program-program disusun berdasarkan kebutuhan untuk mengembangkan organisasi
menjadi organisasi terdepan di Indonesia dalam mengelola konservasi badak di Indonesia.

Program-program yang telah disusun untuk 5 (lima) tahun pertama adalah:
(1) Perlindungan
(2) Penangkaran dan Pengembangbiakan
(3) Riset dan Edukasi
(4) Penggalangan Dana untuk keberlanjutan program
(5) Komunikasi dan Informasi